Selamat Datang di Blog Ini

Situ Cangkuang


Di kecamatan Leles terdapat sebuah candi Hindu yaitu Candi Cangkuang yang tentu saja menjadi salah satu tempat tujuan utama kami para pejalan kaki. Candi ini digunakan untuk memuja Dewa Siwa, karena itu di dalam Candi ini terdapatlah Arca Siwa. Diyakini sebagai arca Siwa karena pada saat ditemukan arca tersebut digambarkan duduk bersila di atas bantalan teratai. Kaki kirinya ditekuk mendatar dengan telapak kakinya diarahkan ke paha kanan bagian dalam. Kaki kanannya ke arah bawah dengan telapak kakinya terletak pada lapik. Di bagian depan kaki kiri terdapat kepala seekor sapi (nandi) dengan dua telinganya mengarah ke depan. Nah semua ciri-ciri itulah yang memenuhi klasifikasi Arca Siwa. Candi ini masih sering digunakan oleh warga sebagai tempat memuja dan beribadah, baik oleh warga sekitar maupun warga dari luar Garut.    Candi Cangkuang Nah..kenapa namanya Cangkuang?? Kami menemukan jawabannya setelah bertanya pada penjaga Museum (wow..ada museum ternyata...!!), ternyata cangkuang adalah nama pohon yang konon hanya ada di desa cangkuang ini. Zaman dahulu daunnya dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus gula aren.  Nah, kata si bapak museum lagi, pohon itu juga ada buahnya tapi yang berbuah hanyalah pohon yang ada di komplek Candi Cangkuang. (wuihh..bisaaan euy). Candi Cangkuang ditemukan tahun 1800-an, berdasarkan hasil penelitian tahun 1967/1968 -yang saat itu hanya menemukan 35% batu candi-, candi ini direkonstruksi kembali dan selesai pada tahun 1970-an. Candi cangkuang sendiri berlokasi di puncak bukit kecil di tengah pulau (awalnya kami mengira itu adalah sebuah pulau, ternyata itu adalah sebuah daratan tersendiri yang dipisahkan oleh situ Cangkuang tersebut), untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan rakit-rakit melalui situ Cangkuang yang indah nan menawan. Jadi nantinya alur yang harus ditempuh adalah sebagai berikut : Setelah sampai di persimpangan lokasi candi cangkuang, silahkan naik delman (tuk..tik...tak..tik..tuk), dengan membayar 5000 rupiah per orang maka bapak/ adik kusir akan mengantarkan kita ke Lokasi Candi Cangkuang. Untuk bisa masuk pada lokasi candi kita harus terlebih dahulu membayar tiket sebesar Rp. 3.000 saja. Setelah memiliki tiket silahkan menuju parkiran rakit, nah kita akan diantarkan menyeberang. Tiada moda transportasi yang memungkinkan untuk mengantarkan kita kecuali rakit, kecuali sobat sekalian mau berenang ya dipersilahkan..^_^.  Perlu diketahui juga, rakit yang tersedia biasanya akan ngetem terlebih dahulu sampai rakit penuh, jadi sabar ya menunggu para pengunjung lain yang mau naik rakit, tarifnya Rp. 4.000/ orang, tapi kalau sobat sekalian mau langsung diantar tanpa menunggu penuh bisa juga tapi tarifnya jadi mahal lo, biasanya sampai Rp. 25.000 .(itung-itung kita carter  rakit..he..he.) Kalo menurut kami, candi ini tidak terlalu besar. Menurut www.budpar.go.id, ukuran candi ini 4,22 x 4,22 meter dan tinggi 2,49 meter kemudian Bagian dalam bangunan terdapat ruangan yang berukuran 2,18 x 2,24 meter dan tinggi 2,55 meter.      Buku ini berkisah tentang penyebaran agama Islam di desa CANGKUANG, GARUT , Jawa barat. Kisah ini dimulai dengan rencana SULTAN AGUNG menyerang BANTEN dan BLAMBANGAN, tetapi tentara Sultan Agung Mengalami kekalahan. Kemudian Sultan Agung meminta bantuan Belanda untuk membantunya, namun permintaan itu ditolak Belanda. Justru Belanda meminta Sultan Agung untuk menyerah. Permintaan Belanda itu menyebabkan Sultan Agung marah. Sejak itu Sultan Agung mempersiapkan pasukannya untuk menyerang Batavia. Dengan dipimpin DIPATI UKUR dan TUMENGGUNG BAUREKSO pasukan Mataram menyerang Batavia. Penyerangan pertama ini gagal. Setahun kemudian Sultan Agung melakukan penyerangan kembali ke Batavia. Kali ini Prajurut Mataram dipimpin oleh Pangadegan, Wirajaya, Wirabaya, dan Arif Muhammad.Penyerangan kedua inipun gagal. Tetapi, Arif Muhammad dan belasan prajurit lainnya berhasil meloloskan diri hingga tiba di Kampung Cangkuang. Pada saat itu penduduk Kampung Cangkuang masih sedikit dan belum mengenal agama Islam. Penduduk Cangkuang masih memeluk kepercayaan Animisme, Dinamisme, dan agama Hindu. Sesudah cukup lama menetap di Cangkuang, Arif Muhammad dan para sahabatnya berniat menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Karena prajurit Mataram ini ramah dan pandai bergaul, dengan sendirinya kehadiran mereka diterima dengan baik oleh penduduk Cangkuang maupun penduduk dari luar Cangkuang. Untuk memperkokoh penyebaran Islam Di Cangkuang, kemudian Arif Muhammad membangun sebuah masjid sederhana yang sampai sekarang masih ada. Untuk keperluan berwudhu, Arif Muhammad membendung parit yang airnya berasal dari Sungai Cicapar dan akhirnya terbentuklah sebuah danau. Arif muhammad dan sahabatnya tinggal ditengah danau yang disebut Kampung Pulo. Ketika Islam menjadi pegangan hidup penduduk Cangkuang, khususnya di Kampung Pulo, Arif Muhammad tetap menghargai adat, atau kebiasaan penduduk setempat. Misalnya, larangan untuk tidak boleh bekerja atau berziarah pada hari rabu. hal itu berlaku hingga hari ini. Pada saat itu di Cangkuangn banyak terdapat candi sudah rusak dan tidak terpelihara. Dengan persewtujuan penduduk,akhirnya disisakan satu candi sebagai peringatan bahwa dahulu di tempat tersebut pernah ada pemeluk Hindu. Ada versi lain yang menyebutkan bahwa dengan kesaktian Arif Muhammad dibenamkan kedalam bumi.hanya dengan tangan kanannya saja.Dan disisakan satu candi yang ada patung Syiwa dibiarkan hingga sekarang. Arif Muhammad yang kemudian dikenal dengan sebutan Sembah Dalem Arif Muhammad, mempunyai tujuh orang anak Enam wanita dan satu laki-laki. Ketujuh anaknya tersebut dilambangkan dengan tiga buah rumah adat disebelah kiri dan tiga buah  lagi di sebelah kanan. sedangkan sebagai lambang putranya didirikan masjid adat yang sampai sekarang masih dapat dilihat. Menurut riwayat CANDI CANGKUANG didirikan pada abad 8 M. Sementar Arif Muhammad datang ke Cangkuang pada abad ke 17 M. konon candi tersebut dibangun pada zaman kerajaan Pajajaran, Namun sebagina lagi mengatakan dibangun pada zaman Kerajaan Sunda. Beginlah kisahnya. Putra Mahkota Nagari Sunda bernama Niskala Wastu Kancana, sebelum dinobatkan menjadi raja disuruh mengembara ke daerah Bianaya Jampang. dalam pengembaraannya, Ia sampai di daerah Cangkuang, ia melihat penduduk sedang membangun candi Syiwa.Ia kurang setuju dengan pembangunan candi tersebut. "Apa alasannya,Raden?Pembangunan candi ini telah memakan waktu cukup lama dan sudah setengah jadi," kepala kampung bertanya sambil menatap wajah Niskala Wastu Kancana.. cukup lama Putra mahkota Nagari sunda ini termenung seperti sedang memikirkan sesuatu. "Menurut penglihatan batinku, disini nanti akan muncul agama baru. Agama tersebut akan menguasai wilayah ini dan sekitarnya. jadi membangun candi di tempat ini kurang tepat. Seharusnya agak jauh," papr Niskal Wastu Kancana sambil memejamkan mata.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Situ Cangkuang. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://multimedianotesell.blogspot.com/2014/06/situ-cangkuang.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Selasa, 03 Juni 2014

Belum ada komentar untuk "Situ Cangkuang"

Posting Komentar